Tentang



Pondok Pesantren merupakan sebuah institusi pendidikan keagamaan paling tua yang tumbuh secara swadaya dan berkembang di kalangan masyarakat Islam di Indonesia. Ensiklopedia Islam mengungkapkan belum ada data yang pasti sejak kapan kehadiran pondok pesantren di Nusantara. Namun yang pasti sejak abad ke 16 telah diketahui adanya ratusan pondok pesantren yang mengajarkan kitab kuning dan berbagai ilmu agama. Pondok pesantren merupakan sekolah Islam berasrama dimana para pelajarnya biasa disebut santri belajar sekaligus tinggal di asrama. Hal ini bertujuan untuk membangun kemandirian serta memupuk hubungan yang lebih baik dengan pengelola ponpes.

Pola pendidikan ponpes menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian dan pengendalian diri. Menurut Zamakhsyari Dhofier (1981:38), pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Allah SWT. Jika mengacu pada hasil keputusan lokakarya yang diadakan oleh Departemen Agama tahun 1981, tujuan umum pondok pesantren adalah membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua kehidupannya dan menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara.

Berangkat dari tujuan umum tersebut maka keberadaan ponpes secara khusus antara lain: mendidik para santri menjadi seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berPancasila. Ponpes juga mendidik para santrinya untuk menjadi muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh berjiwa ikhlas, tabah, tangguh dalam mengamalkan syariat Islam secara utuh dan dinamis.

Selain itu, juga mendidik para santri untuk memperoleh kepribadian serta mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan bagi dirinya serta bertanggungjawab terhadap pembangunan bangsa dan negara. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan juga regional (pedesaan/masyarakat lingkungan). Tujuan lainnya yakni mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan khususnya pembangunan mental spiritual serta mampu menjadi agen perubahan dalam membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat bangsanya.

Keberadaan ponpes memiliki peranan penting sebagai pioner maupun corong sosialisasi penyiaran ajaran Islam di Indonesia. Bahkan pada masa kolonialisme, ponpes tak sekedar memegang peranan sebagai lembaga dakwah dan pendidikan namun juga memberikan sumbangsih yang besar bagi terciptanya kemerdekaan negara Indonesia. Secara umum, proses penyiaran Islam khususnya di Jawa relatif tidak menimbulkan konflik dikarenakan proses akulturasi, akomodasi dan transformasi terhadap budaya dan tradisi yang telah ada di masyarakat.

Dalam catatan sejarah, ponpes memiliki akar tradisi yang kuat di masyarakat Indonesia sehingga mampu menjelma menjadi produk budaya lokal dan orisinal masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan kehadiran ponpes sejak awal telah memberikan kesan populis di masyarakat melalui penerapan sistem pendidikan yang tidak diskriminatif sehingga dapat diakses semua golonngan. Pada awal keberadaannya, ponpes lebih menerapkan sistem pendidikan yang mengedepankan pengetahuan beragama. Pesantren jenis ini lebih terkenal dengan sebutan ponpes salafi. Seiring dengan perkembangan pendidikan dan kebutuhan masyarakat, pesantren bermetamorfosis dengan memberikan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pengetahuan agama (tafaqqohu fiddin) namun lebih luas pada misi peningkatan kualitas sumber daya santri agar mampu menghadapi kehidupan nyata yang lebih luas sesuai dengan tantangan zaman.

Misi semacam ini merupakan tanggung jawab yang mesti bisa diemban oleh ponpes mengingat orientasi para wali santri juga telah berubah. Jika pada masa lalu, para orang tua mengirim anaknya belajar di ponpes agar mendapatkan tafaqqohu fiddin semata, namun saat ini mereka berharap agar anaknya juga mendapatkan ilmu pengetahuan umum.