Lembaga Pendidikan Pesantren Sebagai Pembentuk Karakter Generasi

Oleh. Abdiansyah Linge

Abstract

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah berperan dalam mengembangkan kualitas SDM sebelum kemerdekaan RI. Pesantren memiliki ciri khas tersendiri dalam mendidik anak sebagai calon pemimpin di masa yang akan datang. Melalui rutinitas kehidupan di pesantren anak dibentuk untuk tampil mandiri dan tidak mudah menyerah. Kehidupan pesantren yang menekankan kedisplinan berupaya mendidik santri secara tidak langsung. Anak diberikan tanggung jawab yang merupakan proses pendidikan nyata dan dapat membentuk mental dan kemampuan anak dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan ketika terjun di masyarakat.

Budaya antri mengajarkan anak untuk disiplin dan tepat waktu dan menghargai hak orang lain. Anak yang lebih besar mengayomi adik adik yang lebih kecil, demikian juga sebaliknya adik menghormati yang lebih besar. Guru menjadi tauladan dan cerminan sebagai contoh langsung yang berinterkasi dengan anak setiap waktu.

Rutinitas harian anak di pesantren diatur dengan disiplin diharapkan akan membentuk anak yang siap menghadapi tantangan kehidupan dan menghargai sesama. Selain pendidikan yang dibentuk melalui budaya yang terbentuk di pesantren, pesantren juga merupaya mentranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan yang disampaikan oleh para guru.  Anak-anak di pesantren dilatih berorganisasi agar nanti ketika terjun di masyarakat tidak menjadi orang yang apatis, individualis akan tetapi berguna dan peka bagi masyarakat.

Anak anak yang hidup di pesantren berupaya dekat dengan Alquran sebagai sumber petunjuk dan sumber ilmu pengetahun sebagai upaya dapat mencintai Alquran dan dapat menjadi ahli Alquran. Sehingga kehidupan anak yang tinggal di pesantren atau ketika terjun ke masyarakat seiring denga ruh Alquran itu sendiri.

Sisi lain, orang tua yang menitipkan pendidikan anak-anaknya di pesantren adalah orang tua yang hebat. Karena hanya orang tua yang sabar dapat dengan ikhlas berpisah dengan buah hati yang dicintai. Orang tua yang berada di rumah tidak dapat bertemu dengan anak setiap waktu merupakan pengorbanan yang besar. Ketika anak pergi menuntut ilmu di pesantren rumah terasa sepi, tidak ada lagi canda tawa. Hanya perasaan sedih dan doa yang dapat dilakukan dan pertanyaan yang menyayat hati “apakah anak ku sudah makan?, apakah anak ku sehat?. Pertanyaan pertanyaan tersebut selalu dirasakan dan beratnya perasaan tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang sabar dan ikhlas.

Harapan orang tua adalah agar anak anak mereka dapat menjadi anak yang sholih dan berbakti kepada orang tua. Alangkah bahaginya oran tua apabila meninggalkan generasi setelah mereka meninggal dunia adalah generasi yang tangguh dan taat kepada Allah SWT, tidak meninggalkan generasi yang lemah. Lemah dalam agama, lemah ilmu, lemah ekonomi, lemah jasmani. Kesulitan orang tua mendidik anaknya akan terbayar apabila anak bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, negara dan Agama di dunia dan akhirat. Apalagi apabila anak yang dilahirkan dan dididik mampu memandikan jenazah orang tua, menandikan, mensholatkan dan menguburkan orang tuanya, karena anaknya mampu dan ikhlas melaksanakan fardhu kifayah orang tua nya. Inilah bagian dari harapan orang tua yang menitip pendidikan anaknya di pesantren.

Harapan orang tua tersebut disambut oleh para guru di pesantren yang ikhlas mengajarkan dan membimbing anak anak agar menjadi anak sholih dan berkualitas. Guru yang rela meninggalkan keluarga untuk mendidik anak anak pesantren dengan gaji yang tidak seberapa merupakan pengorbanan sebagai jawaban menunaikan amanah dari orang tua.

Anak sebagai orang yang menuntut ilmu berusaha keras memenuhi harapan orang tua, karena anak menyadari dan memahami pengorbanan orang tua dan guru untuk pendidikan mereka. Anak berupaya menjawab tantangan dari orang tua untuk menjadi lebih baik dari orang tuanya, dan anak menyadari fungsi dan tujuannya berada di pesantren.

Tujuan lembaga pendidikan pesantren untuk mencetak generasi yang berkarakter sesuai dengan Alquran dan hadis tidak akan dapat tercapai apabila tidak ada kerjasama dan pemahaman antara orang tua, santri dan guru (pesantren) itu sendiri. Orang tua dengan sabar dan ikhlas mempercayakan anaknya kepada guru di pesantren, anak melaksanakan harapan orang tua untuk belajar dengan kesungguhan, dan guru yang menunaikan amanah dari orang tua dengan ikhlas dan sabar. Ketika tiga elemen ini bekerja sama dan saling memahami, insyaAllah harapan orang tua, harapan guru dan cita cita anak didik akan dapat tercapai. Amin ya rabbal alamin.

Kata Kunci : Pendidikan, Pesantren, Pembentukan karakter, Generasi pemuda

Download PDF